Oemar Bakri adalah sosok fiktif untuk menggambarkan seorang guru yang eksis pada zaman ketika lagu ini diciptakan. Artinya ini adalah gambaran umum untuk guru episode lawas. Guru tempo dulu.
Sepeda kumbang dan tas hitam dari kulit buaya adalah aksesoris yang melekat pada kebanyakan “Pak Guru” kala itu. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin semakna dengan sepeda motor bebek merek Honda Supra X 125D dan tas selempang merk Prada yang biasanya berisi laptop. Jadi itu hanya gambaran deskriptif kondisional saja. Bukan suatu hal yang perlu diperhatikan.
Coba kita cermati kata-kata “murid bengalmu mungkin sudah menunggu”, “sepeda kumbang di jalan berlubang”, “murid seperti jagoan”, dan “kopi aku rasa nikmat sekali”. Bila kita paham, di bagian itu tersirat siapa dan bagaimana Oemar Bakri yang sesungguhnya.
Monggo kita lebih teliti “murid bengal” adalah hal pertama yang di ingat Oemar Bakri sebelum ia berangkat menuju sekolah tercinta. Ini menyiratkankan bahwa Bakri ialah sosok yang paham betul dengan tugas yang diembannya. Mengapa? Karena istilah “murid bengal” merupakan sebuah kondisi yang hendaknya tak boleh terjadi dan harus diperbaiki oleh seorang guru. Bakri tidak semata fokus bersiap dan semangat mengajarkan materi ilmu pasti eksakta, tapi juga peduli pada pembentukan karakter anak didiknya. Bukankan demikian seharusnya guru?
Jalan yang berlubang dan murid seperti jagoan adalah pemisalan akan kondisi tempat dimana Oemar Bakri mengabdi. Maknanya, Bakri hidup di daerah minim sarana prasana. Selain itu, tawuran antar pelajar merupakan pengaruh eksternal negatif paling umum yang menggerogoti moral siswa. Dua hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru tempo dulu. Bagaimana dengan era kini? Tentu tantangan itu juga tetap ada meski bentuk paketnya berbeda. Minimnya sarana sekolah boleh jadi masih ditemukan. Dan pengaruh eksternal pastinya semakin banyak sejalan dengan globalisasi.
Bisa dikatakan, kesulitan guru masa kini menghadapi tantangan zaman juga dirasakan oleh Oemar Bakri. Akan tetapi apakah Bakri mengeluh? Tidak. Ia malah semangat bangun pagi, merasakan nikmatnya kopi, lalu memacu sepeda kumbang di tengah jalan berlubang dengan senyum yang mengembang. Karena itu janganlah kita salah mengartikan Oemar Bakri, sebab sesungguhnya ia layak menjadi sosok teladan yang baik bagi guru masa kini.
Pertanyaan saya : masih adakah sosok guru umar bakri ini dimasa sekarang???